Istighosah Kubro dan Sholawat Bersama: Menggapai Berkah Isra’ Mi’raj dan Merayakan Hari Lahir Nahdlatul Ulama
(Batanghari, 31 Januari, 2025). Di malam yang penuh cahaya dan keberkahan, saat langit seolah merestui setiap doa yang terpanjat, Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum menjadi saksi bisu lantunan doa dan sholawat yang menggema dari hati-hati yang tulus. Pada tanggal 31 Januari 2025, sebuah acara istimewa digelar untuk memperingati dua momen penting: Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Hari Lahir Nahdlatul Ulama. Acara ini tidak hanya menjadi peringatan, tetapi juga momentum untuk memperkuat iman dan mempererat tali ukhuwah di antara para santri dan masyarakat.
Rangkaian acara dimulai dengan Istighosah Kubro (Istighosah KH. Hasyim Asy’ari) yang dipimpin oleh Gus Jamzuri Ahmad (Menantu Almaghfurlah KH. Ahmad Nuruddin An-Nawawi). Ribuan santri mengikuti dengan hati yang tunduk dan penuh kekhusyukan, memanjatkan doa-doa memohon keberkahan dan pertolongan Allah dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Istighosah ini menjadi momen refleksi spiritual, mengingatkan setiap individu akan pentingnya ketergantungan kepada Allah SWT dalam setiap langkah kehidupan.
Setelah itu, KH. Mu’allim Ridwan, pengasuh Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum, memberikan sambutan yang penuh makna. Dengan suara penuh keteduhan, beliau berpesan, “Semoga kita semua tergolong sebagai hamba yang mendapatkan syafaatul ‘udzma di akhirat kelak.” Pesan ini menegaskan bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan sementara menuju kehidupan abadi. Beliau juga menekankan pentingnya kasih sayang sesama makhluk, dengan mengutip hikmah mendalam:
ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
artinya “Sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh siapa saja yang ada di langit”. Sebuah pengingat untuk selalu menjaga akhlak mulia dalam setiap interaksi.
Acara berlanjut dengan doa yang dipimpin oleh Gus Gholid Misbahul Munir, menambah kekhusyukan suasana. Doa-doa yang dipanjatkan tidak hanya menjadi bentuk permohonan kepada Allah, tetapi juga sarana introspeksi diri, mengajak setiap santri untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.
Puncak acara ditandai dengan lantunan sholawat hadroh bersama dan dipimpin oleh Majelis Dzikir & Sholawat Kyai Wisanggeni (PPRU) untuk mengagungkan nama Nabi Muhammad SAW dengan penuh kecintaan. Suara-suara yang bersatu dalam irama sholawat menciptakan atmosfer yang menenangkan, seolah menghadirkan keberkahan di tengah-tengah majelis. Momen ini menjadi penghubung spiritual antara para santri dengan Rasulullah SAW, memperkuat cinta dan rindu kepada beliau, serta menginspirasi untuk meneladani akhlak mulia yang beliau ajarkan.
Malam itu bukan sekadar peringatan, tetapi juga pengingat bagi setiap santri untuk terus meneladani akhlak Nabi, menjaga kecintaan kepada Nahdlatul Ulama, dan selalu memohon rahmat Allah. Acara ini mencerminkan komitmen Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum dalam menjaga tradisi keagamaan yang kaya nilai-nilai spiritual dan sosial, serta mempererat ukhuwah Islamiyah di antara para santri dan masyarakat sekitar.
Dengan semangat Isra’ Mi’raj dan Hari Lahir Nahdlatul Ulama, diharapkan para santri semakin teguh dalam menjalani kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Mereka diharapkan mampu menjadi generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Penulis: Amanatul Latifah



